4 Mitos Tentang Kreativitas

 4 Mitos Tentang Kreativitas

Leslie Miller

Tidak semua orang setuju dengan nilai dan pentingnya berpikir kreatif dalam masyarakat saat ini. Salah satu masalahnya adalah tidak adanya konsensus tentang apa yang dimaksud dengan kreatif. Setiap orang berpikir tentang kreativitas dengan cara yang sangat berbeda, sehingga tidak mengherankan jika mereka tidak dapat menyepakati nilai dan pentingnya kreativitas. Ketika saya berbicara dengan orang-orang tentang kreativitas, saya menemukan beberapa hal yang umumkesalahpahaman.

Mitos 1: Kreativitas Adalah Tentang Ekspresi Artistik

Kita menghargai dan mengagumi pelukis, pematung, dan penyair karena kreativitas mereka. Namun, jenis orang lain juga bisa menjadi kreatif. Ilmuwan bisa menjadi kreatif saat mereka mengembangkan teori baru. Dokter bisa menjadi kreatif saat mereka mendiagnosis penyakit. Pengusaha bisa menjadi kreatif saat mereka mengembangkan produk baru. Pekerja sosial bisa menjadi kreatif saat mereka menyarankan strategi untuk keluarga yang sedang berjuang. Politisi bisa menjadikreatif ketika mereka mengembangkan kebijakan baru.

Saya percaya bahwa asosiasi umum kreativitas dengan ekspresi artistik berkontribusi pada rendahnya nilai kreativitas di benak banyak orang tua. Ketika saya berbicara dengan orang tua tentang kreativitas, mereka sering berasumsi bahwa saya berbicara tentang ekspresi artistik. Karena sebagian besar orang tua tidak menaruh prioritas yang tinggi pada seberapa baik anak-anak mereka dapat mengekspresikan diri mereka secara artistik, mereka mengatakan bahwa itu akan "bagus"Untuk menghindari pemikiran seperti ini, saya sering menggunakan frasa "berpikir kreatif" daripada "kreativitas." Ketika orang tua mendengar "berpikir kreatif," mereka cenderung tidak fokus pada ekspresi artistik dan lebih cenderung melihatnya sebagai sesuatu yang penting untuk masa depan anak-anak mereka.

Lihat juga: Alat Penilaian Formatif yang Fantastis dan Cepat

Mitos 2: Hanya Segmen Kecil dari Populasi yang Kreatif

Beberapa orang merasa bahwa kata "kreatif" dan "kreativitas" seharusnya hanya digunakan ketika merujuk pada penemuan dan ide yang benar-benar baru bagi dunia. Dalam pandangan ini, pemenang Hadiah Nobel adalah kreatif, dan seniman yang karyanya dipajang di museum-museum besar adalah kreatif, tetapi tidak bagi kita semua.

Para peneliti yang mempelajari kreativitas terkadang menyebut jenis kreativitas ini sebagai Kreativitas Big-C. Saya lebih tertarik dengan apa yang disebut para peneliti sebagai kreativitas Little-C. Ketika Anda menemukan ide yang berguna bagi Anda dalam kehidupan sehari-hari, itulah kreativitas Little-C. Tidak masalah jika ribuan-atau jutaan-orang menemukan ide serupa di masa lalu. Jika ide tersebut baru dan berguna bagi Anda, itulah kreativitas Little-C.sedikit kreativitas.

Penemuan penjepit kertas adalah Kreativitas Big-C; setiap kali seseorang menemukan cara baru untuk menggunakan penjepit kertas dalam kehidupan sehari-hari, itulah kreativitas Little-C.

Terkadang, para pendidik terlalu memusatkan perhatian pada Kreativitas Big-C dan tidak cukup pada kreativitas Little-C. Beberapa tahun yang lalu, saya memberikan presentasi tentang kreativitas kepada sekelompok pendidik. Pada sesi tanya jawab di akhir presentasi, salah satu pendidik mengatakan bahwa sangat penting bagi kita untuk mengembangkan metode yang lebih baik dalam menilai kreativitas agar kita dapat mengidentifikasi siswa-siswa yang memiliki kemampuan paling besar untuk menjadiMenurut saya, itu adalah pandangan yang salah. Semua orang bisa menjadi (sedikit) kreatif, dan kita perlu membantu setiap orang mencapai potensi kreatif mereka sepenuhnya.

Mitos 3: Kreativitas Muncul dalam Sekejap Wawasan

Kisah-kisah populer tentang kreativitas sering kali berkisah tentang momen Aha! Archimedes berteriak "Eureka!" di dalam bak mandi ketika ia menyadari bahwa ia dapat menghitung volume benda-benda yang tidak beraturan dengan merendamnya di dalam air (dan mengukur jumlah air yang berpindah tempat). Isaac Newton menyadari sifat universal dari gaya gravitasi ketika ia duduk di bawah pohon apel-dan tertimpa pohon apel tersebut.August Kekule menyadari struktur cincin benzena setelah melamun tentang seekor ular yang memakan ekornya.

Namun, momen Aha! seperti itu, jika memang ada, hanyalah bagian kecil dari proses kreatif. Sebagian besar ilmuwan, penemu, dan seniman menyadari bahwa kreativitas adalah proses jangka panjang. Constantin Brancusi, salah satu perintis seni modernis, menulis: "Menjadi kreatif bukanlah seperti disambar petir dari Tuhan, melainkan memiliki niat dan semangat yang jelas." Thomas Edison secara terkenal mengatakan bahwa kreativitas adalah 1persen inspirasi dan 99 persen keringat.

Tapi apa yang dilakukan orang tersebut saat berkeringat? Jenis aktivitas apa yang mendahului momen Aha! Kreativitas bukan hanya soal kerja keras. Kreativitas tumbuh dari jenis kerja keras tertentu, yang menggabungkan eksplorasi yang penuh rasa ingin tahu dengan eksperimen yang menyenangkan dan investigasi yang sistematis. Gagasan dan wawasan baru mungkin terlihat datang dalam sekejap, tetapi biasanya terjadi setelah melalui banyak siklus berimajinasi dan berkreasi,bermain, berbagi, dan merefleksikan-yaitu, setelah melalui beberapa kali pengulangan melalui Creative Learning Spiral.

Mitos 4: Anda Tidak Bisa Mengajarkan Kreativitas

Tidak diragukan lagi bahwa bayi lahir ke dunia dengan penuh rasa ingin tahu. Mereka ingin menyentuh, berinteraksi, mengeksplorasi, dan memahami. Seiring bertambahnya usia, mereka ingin mengekspresikan diri mereka sendiri: berbicara, bernyanyi, menggambar, membangun, dan menari.

Beberapa orang berpikir bahwa cara terbaik untuk mendukung kreativitas anak-anak adalah dengan menyingkir dari jalan mereka: Anda tidak boleh mencoba mengajarkan kreativitas; cukup mundur dan biarkan rasa ingin tahu alami anak-anak mengambil alih. Saya bersimpati pada sudut pandang ini. Memang benar bahwa struktur kaku di beberapa sekolah dan beberapa rumah bisa memadamkan rasa ingin tahu dan kreativitas anak-anak. Saya juga setuju bahwa Anda tidak bisa mengajarkankreativitas, jika mengajar berarti memberi anak-anak seperangkat aturan dan instruksi yang jelas tentang bagaimana menjadi kreatif.

Semua anak terlahir dengan kemampuan untuk menjadi kreatif, namun kreativitas mereka tidak serta merta berkembang dengan sendirinya. Kreativitas perlu dipupuk, didorong, dan didukung. Prosesnya sama seperti seorang petani atau tukang kebun yang merawat tanaman dengan menciptakan lingkungan yang memungkinkan tanaman tersebut tumbuh subur. Demikian pula, Anda dapat menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan kreativitasakan berkembang.

Jadi, ya, Anda bisa mengajarkan kreativitas, selama Anda berpikir bahwa mengajar adalah sebuah proses yang organik dan interaktif.

Kutipan ini diadaptasi dari Lifelong Kindergarten: Cultivating Creativity through Projects, Passion, Peers, and Play oleh Mitch Resnick, Profesor Riset Pembelajaran di MIT Media Lab dan pemimpin kelompok riset yang bertanggung jawab atas platform pemrograman Scratch. Bacalah buku ini secara keseluruhan untuk mengetahui ide-idenya dalam mempersiapkan siswa menjadi "pembelajar kreatif" di dunia yang semakin menuntutpemecahan masalah secara kreatif.

Lihat juga: David Thornburg tentang Kelas yang Berkembang (Seri Pemikir Besar)

Leslie Miller

Leslie Miller adalah seorang pendidik berpengalaman dengan lebih dari 15 tahun pengalaman mengajar profesional di bidang pendidikan. Dia memiliki gelar Master di bidang Pendidikan dan telah mengajar di tingkat sekolah dasar dan menengah. Leslie adalah advokat untuk menggunakan praktik berbasis bukti dalam pendidikan dan senang meneliti dan menerapkan metode pengajaran baru. Dia percaya bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan bersemangat untuk menemukan cara yang efektif untuk membantu siswa berhasil. Di waktu luangnya, Leslie menikmati hiking, membaca, dan menghabiskan waktu bersama keluarga dan hewan peliharaannya.